Oleh : Dr. Heri Firmansyah, M.A.
Setiap tahun, pada bulan Zulhijjah (menurut kalender Hijriah) penduduk Muslim Indonesia senantiasa disuguhkan dengan ritualitas rutin dalam rangka persiapan bagi pelaksanaan ibadah Haji. Meskipun berbiaya mahal dan memerlukan kekuatan fisik yang prima, ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima mendapatkan sambutan yang baik di kalangan umat Islam. Daftar waiting list di Kementerian Agama menunjukkan bahwa orang yang mendaftar sekarang maka dia akan mendapatkan jatah ibadah haji pada tahun 2019, ini menunjukkan antusiasme yang besar dan kehidupan perekonomian yang baik di kalangan umat Muslim Indonesia. Di dalam Alquran perintah pelaksanaan ibadah haji tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 196, “Dan sempurnakanlah haji dan umroh semata hanya karena Allah swt”.
Dalam praktek pelaksanaan ibadah haji, setidaknya kita mendapatkan beberapa nilai universal berharga bagi umat Islam, diantaranya: Pertama, Ketaatan kepada perintah Allah swt. Orang yang melaksanakan ibadah haji seyogianya memiliki niat yang tulus untuk melaksanakan perintah Allah swt. Karena betapa banyak penduduk negeri ini yang mampu untuk melaksanakannya namun mereka tidak ingin naik haji, karena berbagai alasan yang diungkapkannya, belum siap, uang ingin dipakai untuk berbisnis, mau menyekolahkan anak dulu dan lain sebagainya. Orang yang beribadah haji berarti adalah orang yang bersegera dalam menyambut perintah Allah swt, sebagai manifestasi dari ketaatan dan keshalehan pribadinya. Namun sebaliknya, pelaksanaan ibadah haji ini juga tidak dibenarkan dilaksanakan untuk menunjukkan prestise pribadi dan kekayaan ekonomi. Niatnya harus diluruskan semata hanya karena melaksanakan perintah Allah swt guna menggapai ridha-Nya. Mereka yang menyiapkan diri dengan niat tulus inilah yang berpeluang menjadi haji mabrur yang ganjarannya adalah surga.
Kedua, pengorbanan harta dan jiwa. Ibadah haji merupakan ibadah yang sangat membutuhkan biaya besar bagi pelaksanaannya. Biaya resmi yang haurs dibayarkan oleh para jama’ah haji sekitar 30 jutaan. Hal ini belum ditambah segala biaya untuk perbekalan dan persiapan keberangkatan, seperti acara syukuran, tepung tawar dan lainnya. Bukan hanya memerlukan biaya besar, namun juga pelaksanaan ibadah haji membutuhkan kekuatan jasmani yang prima sehingga para jama’ah harus lulus tes kesehatan. Karena itulah ibadah haji hanya diwajibkan bagi siapa yang mampu saja. Maka orang yang berangkat haji adalah orang yang mengaplikasikan nilai pengorbanan untuk mematuhi perintah dari Allah swt. Memberikan pengabdian yang utuh untuk mendapatkan keridhoan Allah swr.
Ketiga, kebersamaan dan tolong menolong. Meskipun dijalankan secara individual, namun untuk mendapatkan hasil yang prima pelaksanaan ibadah haji haruslah dilakukan dengan semangat kebersamaan dan tolong menolong. Dijalankan dengan mengikuti berbagai sistem dan peraturan yang ditetapkan pemerintah agar pelaksanaannya menjadi teratur. Dalam pelaksanaannya kita terkadang mesti meredom rasa egoistik dan kepentingan pribadi untuk keberhasilan bersama. Seperti kita harus antri dan menunggu jadwal dalam pelemparan jumrah agar tidak berdesakan dan saling himpit. Kebersamaan ini juga ditunjukkan dengan pakaian ihram yang seluruhnya sama putih tanpa ada perbedaan mengindikasikan bahwa seluruh manusia hakikatnya sama, tidak ada pejabat, pengusaha, atau rakyat biasa. Seluruhnya sama dihadapan Allah swt. Hanya ketaqwaan lah yang membedakan kita. Sesuai dengan firman Allah swt “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu adalah orang yang bertaqwa”. Para jama’ah haji juga dituntut untuk mampu membantu sesama selama pelaksanaan ibadah haji, seperti saat ingin mencium hajarul aswad, mambantu para orang tua yang lemah atau sedang sakit, meskipun mereka lain kloter dan beda KBIH. Ada sebuah kecenderungan dari pengalaman pribadi para haji, bahwa seseorang tidak merasa memiliki kewajiban untuk membantu saudara lainnya karena mereka lain kloter keberangkatan dan lain KBIH nya. Padahal sikap tolong menolong ini haruslah diaplikasikan pada lintas kloter, lintas KBIH dan lintas Negara. Karena sesungguhnya nilai kebersamaan dan tolong menolong inilah yang ingin dipupuk dalam pelaksanaan ibadah haji, guna menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Kita doakan Semoga para haji mendapatkan haji yang mabrur, kita yang belum berangkat segera menyusul dan pelaksanaannya tahun ini semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya.